Telah usai perang Baratayuda
Perang yang merenggut ribuan prajurit pilihan hanya karena ingin menunaikan kewajiban negara dan mengikuti perintah Sang Senopati, telah mendatangkan penderitaan dan kesengsaraan bagi rakyat seluruh negeri.
Perang yang telah menyingkirkan ratusan, ribuan, bahkan jutaan nyawa yang sama-sama ingin mempertahankan harga diri, angkara murka, kedigdayaan, nyatanya hanyalah menyisakan perih serta duka yang mendalam.
Perang yang hanya ingin mempertahankan sejengkal tanah. Tanah kekuasaan dari beberapa gelintir penguasa, ternyata hanyalah menyisakan darah dan air mata pertiwi. Mengatasnamakan perjuangan, kebenaran, tapi ternyata hanyalah perang yang menghancurkan persaudaraan dan kasih sayang.
Perang Baratayudha telah menguras habis air mata Kunthi. Menimbulkan luka teramat dalam ketika kembali diingatnya anaknya, Karna, yang tak pernah diakuinya sebelumnya, telah gugur melawan Arjuna saudaranya sendiri. Satu persatu anaknya gugur terbunuh. Yah, perang memang kejam. Tak ada kebahagiaan yang terwujud dalam perang. Hanya penderitaan dan air mata.
Begitu-pun beberapa Pandawa. Walau kemenangan mereka genggam atas saudaranya Kurawa, tetapi bagaimanapun mereka, para Kurawa, adalah saudaranya.Walaupun acapkali terzalimi, tapi itulah yang telah mendewasakan Pandawa. Menjadikan mereka sabar dan tabah dalam penderitaan. Kuat dan kukuh memegang kebenaran.
Segalanya telah terjadi. Telah digariskan oleh Sang Maha Kuasa dan Maha Agung. Kehidupan haruslah berlanjut. Membangun kembali puing-puing yang hancur berantakan menjadi istana megah nan indah.
Hati-hati yang luka mesti selekasnya terobati. Jiwa-jiwa yang merana mesti selekasnya menemukan kesegaran. Serta hidup haruslah dibangun dengan lebih baik.
Semangat tersebutlah yang terus dihembuskan oleh Kresna serta Baladewa pada beberapa Pandawa serta keluarganya yang masih tertinggal. Semangat untuk selekasnya bangkit kembali dari rasa sesal. Bahwa kemuliaan memang haruslah dilandaskan pada pengorbanan bahwa apa yang telah mereka perjuangkan adalah tetap berada dalam rel kebenaran : membasmi angkara murka !
Bagi Arjuna, perang membawa kepahitan yang teramat dalam. Satria penengah Pandawa itu telah kehilangan demikian banyak orang yang dia kasihi dan cintai. Salah satu diantaranya adalah Abimanyu, putra kesayangannya, yang meninggal sesaat setelah istrinya Dewi Utari, melahirkan buah cinta mereka berdua.
Yah, dialah Parikesit Calon raja Hastinapura
Beberapa bulan setelah Parikesit lahir, diadakanlah pesta di kerajaan Hastinapura untuk memberikan nama pada sang jabang bayi. Parikesit yang sedang dipangku oleh Nakula kelihatan sangat gelisah dan resah ingin turun dari pangkuan Nakula
Melihat gelagat itu, Nakula pun melepaskannya meskipun tetap mendapatkan pengawasan yang ketat darinya. Parikesit mengamati satu demi satu para tamu undangan yang hadir di balai istana.Dengan matanya yang tajam, akhirnya Parikesit bisa melihatnya, lelaki itu....lelaki yang telah menyelamatkannya waktu itu dari panah aswatama, sedang bersembunya di balik pilar.
Dialah Sri Krishna....