Minggu, 02 Maret 2014

Karakteristik Dewi Drupadi

Karakteristik Dewi Drupadi
Karakteristik Dewi Drupadi


Dewi Drupadi merupakan puteri sulung Prabu Drupada, Raja Cempalaradya. Nama yang lain yaitu Dewi Krisna, Dewi Yajnaseni, atau mungkin Dewi Pancali. Sesudah dewasa, ayahnya mengadakan  sayembara untuk mencarikan jodoh buatnya. Ada dua versus sayembara. Versus pertama yaitu versus Mahabarata, dalam sayembara ini diumumkan, barangsiapa bisa mementang Gendewa Pusaka, yakni busur panah punya Kerajaan Pancala, bakal dikawinkan dengan Dewi Drupadi. Dalam sayembara ini, sesungguhnya Basukarna sukses mementangkan Gendewa Pusaka, namun sebelum saat Karna memakai untuk memanah tujuan yang ditetapkan, Dewi Drupadi berucap, bahwa dia tidak bisa menikah dengan orang yang bukan keturunan dari bangsawan. Mendengar perkataan itu dengan muka merah Basukarna segera jalan keluar istana. Arjuna lah yang pada akhirnya memenangkan sayembara ini.

Versus yang kedua yaitu versus yang umum dipergelarkan dalam pewayangan. Sayembara ini mengatakan bahwasanya barangsiapa bisa menaklukkan Patih Gandamana maka dia memiliki hak memboyong Dewi Drupadi. Pada akhirnya yang sukses memenangkan sayembara ini yaitu Bima. Bima turun gelanggang serta sukses menaklukkan Patih Gandamana. Mendekati waktu ajalnya, Patih Gandamana mewariskan aji Wungkal Bener serta Bandung Bandawasa pada Bima. Saat itu Bima turut dalam sayembara mewakili kakaknya, Puntadewa. Menurut versus Mahabarata, Dewi Drupadi pada akhirnya jadi istri ke lima Pandawa, namun lantaran hal semacam ini tak umum menurut budaya Nusantara, Dewi Drupadi cuma menikah dengan Puntadewa.  Dewi Drupadi yang disebut titisan Dewi Srigati ini senantiasa turut dalam beragam duka serta derita beberapa Pandawa. Dari pernikahannya dengan Puntadewa, Dewi Drupadi memiliki seseorang anak bernama Pancawala.

Dewi Drupadi merupakan simbol wanita yang setia serta tahan banting terhadap semua jenis penderitaan, walau sebenarnya dia puteri Raja. Sesudah menikah dengan Puntadewa, tiada pernah sedilitpun mengeluh. Dewi Drupadi sempat melakukan hidup sebagai pengelana dengan keluar masuk rimba. Mereka cuma hidup dari pemberian orang, lantaran pada saat itu beberapa Pandawa tengah melakukan hidup  brahmana, sesudah momen Bale Sigala-gala. Dewi Drupadi baru bisa hidup lumrah layaknya seorang permaisuri, saat Pandawa usai membangun Kerajaan Amarta. Tetapi kewajaran itu tak berjalan lama, lantaran Pandawa harus kalah dalam permainan judi dadu, yang disebabkan siasat licik dari Patih Sangkuni.

Tetapi selain beberapa watak baiknya, Dewi Drupadi juga memiliki karakter yang kurang baik, yaitu berlidah tajam. Tak hanya sempat menyinggung perasaan Basukarna dengan menyampaikan tak sudi kawin dengan orang yang bukan  kelompok bangsawan, dia juga menghina Prabu Duryudana yang disebutkan sebagai anak orang buta. Lantaran perlakuan Drupadi yang seperti itu, maka saat Pandawa kalah dalam permainan dadu, Adipati Karna melampiaskan dendamnya dengan memanas-manasi Dursasana supaya menelanjangi Drupadi, sedang Prabu Duryudana tertawa senang melihat Drupadi dipermalukan dihadapan beberapa orang. Dihadapan beberapa Pandawa, putri Raja Cempala yang juga permaisuri Raja Amarta itu diseret Dursasana dengan menarik rambutnya. Lalu dihadapan orang ramai, Dursasana menarik kain yang dikenakan Dewi Drupadi, tetapi dengan cara yang gaib tiba-tiba senantiasa nampak kain baru yang menyelimuti badannya. Itu seluruhnya karena pertolongan Batara Darma, Dursasana yang berkali-kali menarik kain Dewi Drupadi akhirnya jatuh kelelahan dan tidak berhasil menelanjangi Drupadi. Saat tersebut Dewi Drupadi bersumpah tak akan lagi menyanggul rambutnya sebelum  dikeramas dengan darah Dursasana. Sumpah Dewi Drupadi pada akhirnya terwujud, dalam Baratayuda, Bima sukses membunuh Dursasana serta merobek dada lawannya itu lalu menghirup darahnya. Dengan mulutnya Bima membawa darah Dursasana untuk diberikan pada Drupadi buat keramas rambutnya.

Sesudah usai  pembuangan di rimba Kamiyaka sepanjang 12 tahun, Pandawa serta Dewi Drupadi masih juga hidup menyamar sepanjang satu tahun. Saat bersembunyi di Kerajaan Wirata, Dewi Drupadi menyamar menjadi dayang istana yang melayani permaisuri Raja, dia menggunakan nama samaran Malini atau mungkin Sairandri. Pada saat beberapa Pandawa mengadakan perjalanan kelana untuk menjemput kematian, Dewi Drupadi mengikuti mereka. Nyatanya dalam perjalanan itu, Drupadi lah yang lebih dahulu mati. Lidahnya yang tajam serta sempat melukai hati sebagian besar orang,  dianggap sebagai dosa paling besar oleh Batara Yamadipati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar