Kamis, 13 Februari 2014

Mengenal Wara Sembadra Dalam Wayang Purwa

Mengenal Wara Sembadra Dalam Wayang Purwa


Wayang adalah satu diantara bentuk kebudayaan Indonesia yang berkembang di Jawa. Tiap-tiap orang Jawa, pasti  tak asing lagi dengan pertunjukan, ataupun cerita-cerita wayang. Terlebih, narasi tentang wayang Mahabharata serta Ramayana yang cukup populer.

Dewi Wara Sembadra

Dewi Sembadra dalam pewayangan Jawa adalah satu diantara tokoh utama dalam Wiracarita Mahabharata. Ia adalah puteri dari Prabu Basudewa (Raja di Kerajaan Surasena), serta  saudara tiri dari Krishna . Subadra (Dewi Sembadra dalam bahasa Jawa) merupakan penjelmaan dari Dewi Sri. Dia adalah istri pertama dari Arjuna (putra Pandu ketiga), serta ibu dari Abimanyu.

Dalam budaya pewayangan Jawa, Sembadra dikenal sebagai putri yang anggun, lembut, tenang, setia serta patuh pada suaminya. Ia adalah sosok ideal priyayi putri Jawa. Subadra yang pada saat kecil bernama Rara Ireng memiliki dua orang kakak yakni Kakrasana yang lalu jadi raja Mandura bergelar Prabu Baladewa serta Narayana yang lalu jadi raja di Dwarawati dengan gelar Prabu Sri Batara Kresna.

Setelah dewasa, Rara Ireng bernama Dewi Wara Sumbadra, dianggap sebagai bangsa Bidadari, hingga ada ungkapan dalam bahasa Jawa : sekethi kurang sawiji, sepuluh laksa kurang satu tentang jumlah banyak Bidadari di Kahyangan dan kekurangan itu dilengkapi oleh Sembadra sebagai bidadari yang kesepuluh.

Pada saat masih kanak-kanak, Rara Ireng berwajah buruk, berkulit hitam, berambut jarang dan kemerah-merahan. Setelah dewasa, wajahnya berangsur-angsur menjadi cantik. Bahkan jika dia berkumpul dengan putri-putri yang terkenal kecantikannya, Rara Ireng bakal menjadi yang paling cantik diantara mereka

Dewi Wara Sumbadra sempat bertukar rupa menjadi seseorang lelaki yang benar-benar sakti, namun pada akhirnya dikalahkan juga oleh Arjuna.

Pada saat kerajaan Madura rusak oleh perbuatan Kangsa, Wara Sembadra bersembunyi di desa Widarakandang. Lantaran ketahuan Kangsa, Rara Ireng melarikan diri serta meninggalkan negara Mandura, namun tersusul juga oleh tentara raksasa. Untunglah Wara Sembadra masih sempat menyelamatkan diri.


Rara Ireng bersanggul, bersunting waderan, berjamang serta berpontoh, namun sesudah dewasa cuma berjamang serta tidak bergelang dan berhiasan lain-lainnya.

Dikisahkan, pada saat Raden Burisrawa bertemu Sembadra pertama kali di pesta pernikahan Raden Kakrasana, Raden Burisrawa langsung terpikat hatinya dan ingin menjadikannya istrinya. Raden Burisrawa bersumpah tidak akan pernah menikah jika tidak dengan Wara Sembadra.Namun, kenyataan berkata lain. Dewi Wara Sembadra sama sekali tidak pernah mencintai Raden Burisrawa. Bahkan bersumpah lebih baik mati jika harus menikah dengan Raden Burisrawa.

Didalam lakon Sumbadra Larung, saat tengah malam Sumbadra pergi mandi, di tengah jalan ia dihadang oleh Burisrawa yang lantaran benar-benar jatuh cinta datang mendekati Sumbadra, namun Sumbadra  tidak ingin didekati. Hal mana membuat Raden Burisrawa jengkel dan marah. Akhirnya dia mencabut keris dan menakut-nakuti Sembadra. Tapi apa lacur. Sembadra justru lari menghampiri keris tersebut dan menusukkan dadanya kearah keris yang terhunus. Matilah Sembadra pada saat itu juga. Atas nasehat Prabu Kresna, akhirnya mayat Sembadra dilarung, dihanyutkan dalam perahu di Bengawan Silungangga.


Rara Ireng bermata jaitan, berhidung mancung, bermuka tenang. Bersanggul keling serta beberapa rambut terurai. Berjamang serta bersunting waderan. Bergelang serta berpontoh. Setelah jadi Wara Sumbadra, putri ini tidak ingin lagi mengenakan pakaian serba keemasan serta tidak ingin juga memakai mutu manikam.

Sumbadra berwanda : 1. Lentreng, 2. Parem, serta 3. Rangkung. Wanda yang ketiga ini karangan Sri Sultan Agung.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar