Rabu, 26 Februari 2014

Cerita Wayang Shinta Obong

Cerita wayang Shinta obong

shinta obong

Alkisah sesudah lewat perjuangan berat, serta mengorbankan sedemikian banyak nyawa, akhirnya Ramapun mampu memenangkan pertempuran melawan Rahwana. Pertempuran antara mati dan hidup untuk memperoleh Shinta kembali. Pertempuran yang menguras waktu, tenaga, nyawa, dan pikiran.

Detik-detik saat Rama harus menerima kedatangan Shinta kembali, tiba-tiba muncullah sebersit kecurigaan dalam diri Rama tentang kesucian Shinta. Masihkan Shinta yang dia cintai belum ternoda oleh Rahwana, mengingat telah belasan tahun Rahwana menyekapnya di dalam istana Alengka. Sakit hati Shinta menyaksikan keraguan Rama, kekasih hatinya atas kesuciannya. Tak disangka, pria yang siang malam selalu dirindukannya begitu tega menyangsikan dirinya.

Akhirnya dengan tekad untuk membuktikan kesetiaannya, Shinta pun memutuskan untuk melakukan upacara obong. Upacara membakar diri. Ingin dia tunjukkan pada Rama, suaminya sekaligus kekasih hatinya bahwa dirinya selama ini masih suci belum tersentuh sedikitpun. Walau Rahwana terus membujuk dan merayunya!

Akhirnya, atas perintah Shinta, para punggawa istana menumpuk kayu hingga menggunung di halaman istana. Punggawa istana membakar tumpukan kayu tersebut. Sesaat kemudian, keluarlah api yang panas serta dahsyat. Banyak orang tidak berani mendekat karena panasnya api yang bergelora.

Shinta dengan langkah yang anggun dan gemulai, membusungkan dadanya, mendekati kobaran api yang makin lama makin membara. Shinta berdiri tenang di ujung tangga di dekat api yang berkobar. Dipandangnya satu demi satu orang yang hadir disana. Ketika tatapannya beradu dengan Rama,dipandangnya dengan tajam mata Rama...Ada yang menjerit dalam dada Shinta, kenapa masih juga Rama tidak percaya pada kesuciannya. Shinta tersenyum, meski luka dan pedih hatinya terasa. Beberapa orang yang melihatnya, menyayangkan bila tubuh mulus itu hancur lebur dimakan api. Hampir semua orang yang hadir berharap Shinta mengurungkan niatnya. Merekapun mengharapkan agar Rama memberikan perintah agar Shinta tidak lagi melanjutkan tindakan nekat itu.

Saat api sudah membesar serta ada pada titik yang paling panas, Shinta melihat berkeliling sekali lagi lalu dengan hati yang mantap dia melompat ke arah api yang membesar! Sesaat saja, tumpukan kayu serta lidah api yang ganas itu menelan badannya yang indah.Api berkobar membumbung tinggi keangkasa. Rama terkesiap. Matanya berkaca-kaca. Bagaimanapun Shinta adalah istrinya.Belahan jiwanya. Tak tega dia melihat wanita yang dicintainya terbakar lebur bersama api. Seluruh orangpun berteriak, menahan nafas serta beberapa menutup mukanya tak kuasa melihat adegan itu

Beberapa waktu kemudian, ketika nyala api sudah menyurut, tiba-tiba tampaklah sesosok bayangan wanita cantik  berdiri tegap di tengah bara api yang berserak.Dialah Shinta ! Shinta tak terbakar tertembus api ! Shinta tetap utuh dengan senyum tersungging yang sama seperti ketika dia mulai terjun kedalam api! Yah, Shinta ! Dia masih hidup dengan tubuhnya yang bercahaya. Semua orang memandangnya ternganga tak percaya. Seketika itu pula, Rama langsung berlari menghambur memeluk sang istri tercinta. rama menangis dan menyesali keraguannya yang bodoh. Sungguh, nyatanya Shinta tetap masih melindungi cinta dan kesetiaannya.Sebuah kesetiaan yang tiada tara !

Pembuktian sudah dikerjakan. Shinta terus suci, hati serta badannya. Mungkin sesudah Shinta Obong, tak lagi ada lagi pembuktian kesetiaan seperti yang diperlihatkan oleh Shinta. Kesetiaan memanglah suatu hal yang mahal harganya. Dan tidak semua orang bisa melakukannya. 

Sabtu, 22 Februari 2014

Mengenal Karakter Wayang Hanuman

Mengenal karakter wayang Hanuman

mengenal karakter wayang Hanuman

Wayang adalah seni pertunjukan boneka bayangan yang popular di pulau Jawa serta sekitarnya. Pertunjukan wayang sejak awal pementasannya di tanah Indonesia, telah mempunyai banyak dampak beragam agama serta budaya di Indonesia seperti agama Hindu serta Islam. Tidak ada bukti yang mrnunjukkan wayang sudah ada sebelum saat agama Hindu menyebar di Asia Selatan

Mengenal karakter wayang Hanuman - Diprediksikan seni pertunjukan dibawa masuk oleh pedagang India. Tetapi kejeniusan lokal serta kebudayaan yang ada sebelum saat masuknya Hindu menyatu dengan perubahan seni pertunjukan yang masuk mewarnai sendiri pada seni pertunjukan di Indonesia. Saat agama Hindu masuk ke Indonesia serta menyesuaikan kebudayaan yang telah ada, seni pertunjukan ini jadi media efisien menyebarkan agama Hindu. Pertunjukan wayang memakai narasi Ramayana serta Mahabrata. Begitu juga waktu masuknya agama Islam, untuk menyebarkan Islam, berkembang juga wayang Sadat yang mengenalkan nilai-nilai Islam.

Satu diantara ciri-ciri yang populer dari pementasan wayang Ramayana yaitu ciri-ciri Hanoman. Hanoman atau mungkin bisa dimaksud Hanuman, yaitu satu diantara dewa dalam keyakinan agama Hindu, sekalian tokoh protagonis dalam narasi Ramayana. Dalam narasi Ramayana, Ia digambarkan untuk seekor kera putih yang disebut putra Batara Guru serta Anjani.

HANUMAN,  tokoh wayang populer dalam seri Ramayana, yang dalam Wayang Purwa juga kerap nampak dalam kisah-kisah Mahabarata. Ia berujud kera berbulu putih. Ibunya yaitu Dewi Anjani, sedang ayahnya Batara Guru. Pada waktu Ramawijaya mengerahkan bala tentara kera menyerbu Kerajaan Alengka untuk membebaskan Dewi Sinta yang diculik Prabu Dasamuka, Anoman melakukan tindakan sebagai senapati.

Dalam pewayangan, cerita kelahiran Anoman dikisahkan seperti berikut : Saat satu waktu Batara Guru tengah terbang melalang diatas Telaga Nirmala, ia melihat seseorang wanita muda tengah melakukan tapa kungkum. Dewi Anjani namanya.Ketika melihat badan wanita muda itu, Batara Guru tak bisa menahan birahinya serta jatuhlah kama benihnya, menimpa sehelai daun asam muda yang mengapung di permukaan telaga. Daun asam muda yang oleh orang Jawa dimaksud sinom itu tenggelam terbawa arus serta pada akhirnya tertelan oleh Dewi Anjani. Saat itu juga Dewi Anjani hamil. Lantaran tak merasa pernah disentuh oleh pria, Dewi Anjani langsung menuntut Batara Guru untuk bertanggungjawab atas kehamilannya.

Kelahiran Anoman ditandai dengan gempa bumi yang melanda dunia. Gunung-gunung meletus, badai serta air bah berlangsung di mana-mana. Beberapa dewa selekasnya mengutus sebagian bidadari untuk membantu persalinan Dewi Anjani. Setelah Anoman lahir, beberapa bidadari membawa Dewi Anjani serta bayinya ke kahyangan. Atas perkenan beberapa dewa, setelah melahirkan anaknya, wujud Dewi Anjani berubah seperti sediakala, yakni cantik jelita.. Sepanjang bekas hidupnya ia juga diperkenankan hidup di kahyangan untuk bidadari. Batara Guru memberikan nama Anoman pada bayi kera berbulu putih bersih itu serta memerintahkan pada Batara Bayu untuk mengasuhnya. Untuk itulah mengapa Anoman juga bernama Bayusuta atau mungkin Bayutanaya, Maruti atau mungkin Marutaseta. Hal ini dikarenakan Hanuman pernah diasuh oleh Batara Bayu.

Dalam pertempuran kisah Rama dan Dewi Shinta, ketika Rama kewalahan menandingi Rahwana yang mempunyai Aji Pancasunya, yakni kekuatan untuk hidup kekal, Wibisana meminta tolong kepada Hanuman untuk menolong Rama. Hanoman lalu mengangkat Gunung Ungrungan untuk ditimpakan diatas mayat Rahwana saat Rahwana barusan tewas di tangan Rama untuk kesekian kalinya. Lihat kelancangan Hanoman, Rama juga menghukumnya supaya melindungi kuburan Rahwana. Rama meyakini bila Rahwana tetap hidup dibawah gencetan gunung itu, serta setiap waktu dapat melepaskan rohnya untuk membikin kekacauan lagi didunia.

Beberapa tahun setelah Rama wafat, roh Rahwana melepaskan diri dari Gunung Ungrungan lalu pergi ke Pulau Jawa untuk mencari reinkarnasi Sita, yakni Subrada adik Kresna. Kresna sendiri merupakan reinkarnasi Rama. Hanoman menguber serta bersua Bima, adiknya sesama putera angkat Bayu. Hanoman lalu mengabdi pada Kresna. Ia juga sukses menangkap roh Rahwana serta mengurungnya di Gunung Kendalisada. Di gunung itu Hanoman melakukan tindakan sebagai pertapa.

Rangkuman yang bisa di ambil dari ciri-ciri Hanoman tersebut diatas yakni janganlah kenal menyerah untuk mencapai suatu tujuan. Serta bersikap untuk selalu setia .. Hal semacam ini pastinya juga harus di dukung dengan kekuatan yang cukup yang sudah pasti tidak didapat dengan usaha yang gampang. Kekuatan yang cukup kerapkali jadi kunci keberhasilan dalam menggerakkan pekerjaan apa pun.


Senin, 17 Februari 2014

Mengenal Sosok Wayang Dewi Shinta


Mengenal Sosok Wayang Dewi Shinta

Dewi Shinta


Shinta merupakan puteri dari seorang bidadari bernama Batari Tari atau  Kanun isteri dari Rahwana. Konon, Shinta adalah titisan dari Btari Widawati istri dari Dewa Wisnu.

Pada bulan ke-7 Kanun yang tengah “mitoni” kehamilannya, tiba-tiba membuat geger istana Alengka, lantaran bayi yang  dikandung itu diramalkan oleh beberapa pendeta yang ada dalam pesta,  bakal jadi “isteri” Rahwana (ayahnya sendiri). Rahwana naik pitam. Ia bangkit dari singgasananya serta berkeinginan  memenggal kepala Kanun. Namun sebelum  terwujud tiba-tiba Rahwana membatalkan niatnya karena berpikir siapa tahu anaknya akan menjadi anak yang cantik. Dengan demikian, diapun akan bersedia untuk menikah dengannya.

Benar saja, dikala Rahwana tengah dinas luar, permaisurinya melahirkan seseorang bayi wanita dengan wajah yang amat cantik bercahaya laksana bulan purnama. Wibisana (adik Rahwana) yang suci serta penuh dengan perikemanusiaan itu, selekasnya mengambil bayi itu serta dimasukkan ke dalam ketupat Sinta, lalu dilabuhkan ke dalam sungai. Cuma Dewa lah yang dapat menolongnya, begitulah pikir Wibisana. Ia selekasnya membuat mega mendung yang hitam menjadi seseorang bayi lelaki yang nantinya bakal bernama Megananda atau  Indrajit.

Syahdan seorang pertapa bernama Prabu Janaka dari negeri Mantili, memohon pada dewa supaya dianugerahi keturunan. Begitu terkejutnya dia saat membuka mata, mendengar tangis bayi dalam ketupat yang sedang tenggelam terapung di sungai. Bayi itu diambilnya dengan senang dibawanya pulang diangkat sebagai anaknya. Lantaran bayi itu diketahui berada didalam ketupat Sinta, maka ia diberinya nama Sinta. Setelah berusia 17 tahun Sinta membikin geger semua pemuda, baik taruna-taruna dalam negeri ataupun luar negeri karena kecantikannya.

Suatu hari, dibuatlah sayembara. Siapa saja yang dapat menarik busur raksasa pusaka negara Mantili, akan menjadi jodoh Sinta.
Ramawijaya yang tengah berguru pada Brahmana Yogiswara, disarankan untuk mengikuti sayembara. Jelas saja, Rama sukses, lantaran ia merupakan titisan Wisnu . Pertunangan serta perkawinan sekalian disemarakkan dengan pesta pora, baik dinegeri Mantili ataupun di Ayodya. Tetapi nasib kurang baik untuk mereka berdua, ketika menikmati bulan madu, tiba-tiba mahkota kepunyaannya diminta  oleh Kekayi, ibu tiri Rama.

Dasarata Bapak Rama disuruh agar menyerahkan mahkota pada Bharata (adik Rama). Selain itu Rama, Sinta dan Laksmana mesti meninggalkan istana masuk rimba belantara selama 13 tahun lamanya.

Dalam pembuangan di rimba, Sinta tidak kuasa menahan hasratnya untuk menguasai Kijang Kencana yang menggodanya, yang tidak seharusnya dipunyai oleh seseorang yang tengah prihatin. Apa yang gemerlapan itu, awal mulanya disangkanya akan membahagiakan dirinya, namun malah sebaliknya. Bukan hanya Kijang Kencana yang bisa ditangkap, namun terlebih ia di tangkap serta ditawan oleh nafsunya sendiri, yang diwujudkan dalam bentuk Rahwana. Secara singkat ia diruda paripaksa, dimasukkan sangkar emas di Alengka lebih kurang 12 tahun lamanya.

Suatu saat, Rahwana berhasil dikalahkan oleh Raden Ramawijaya, hingga terbebaslah Dewi Shinta dari belenggu Rahwana.Namun, tidak hanya sampai disitu saja penderitaan Shinta. Setelah terbebas, dia masih dicurigai kesuciannya oleh suaminya sendiri Ramawijaya. Maka untuk menunjukkan bahwasanya sepanjang dalam penguasaan Raja Alengka itu Sinta belum ternoda, Shinta membuktikan diri dengan terjun kedalam api. Oleh para dewa kahyangan, Shinta diselamatkan dari amukan api yang berkobar. Loloslah Shinta dari ujian kesucian.

Dari cerita tersebut diatas, dapatlah ditarik kesimpulkan : bahwa orang yang mengejar sesuatu hal hanya dengan mengandalkan hawa napsunya dan tidak waspada, maka apa yang dia anggap akan membahagiakan dirinya itu malah justru akan mencelakakannya. Walahualam bishawab.


Sabtu, 15 Februari 2014

Mengenal Sosok Wayang Btari Durga

Btari Durga dalam wayang Purwa

Mengenal Sosok Wayang Btari Durga


Batari Durga pada awalnya bernama Dewi Uma atau Dewi Umayi. Ia benar-benar cantik jelita.
Dewi Umayi sesungguhnya putri hartawan dari negeri Merut yang dipersembahkan kepada batara Guru. Suatu hari Batara Guru serta Dewi Umayi berpesiar dengan menaiki lembu Andini. Dalam tamasya terbang di angkasa, Sanghyang Guru timbul hasrat asmaranya mau bersengama diatas punggu lembu Andini, namun Dewi Umayi menampik untuk melindungi kehormatannya sebagai ratu dari demikian bidadari di kahyangan.

Penolakan Dewi Umayi hanya mau melindungi kewibaan Batara Guru supaya tak melakukan hasrat asmaranya di sembarang tempat. Lantaran Batara Guru memaksa, maka Dewi Umayi menyabda bahwasanya hasrat suaminya itu melebihi hasratnya raksasa, saat itu juga Batara Guru mempunyai taring serta bergelar Sanghyang Randuwanda.
Sedang bathara Guru juga karena sangat geramnya, mengutuk Dewi Umayi menjadi raksesi.

Lantaran besarnya nafsu rahsa Sanghyang Randuwanda, hingga kamanya (sperma) meloncat jatuh ke dalam samodera, yang pada akhirnya berubah menjadi bola api raksasa, yang makin lama bola api tersebut menjadi raksasa. Nantinya bayi raksasa itu menyebabkan kegoncangan di kahyangan hingga para Dewa tidak sanggup menghadapinya. Oleh Sanghyang Guru, raksasa sakti tadi dinamakan Batara Kala.

Betara Durga dititahkan menjadi istri Betara Kala. ia memperoleh pekerjaan merajai beberapa gandarwa, setan serta makhluk halus yang jahat yang lain. Sedang perkawinannya dengan Batara Kala, menurunkan Kala Yawana, Kala Durgangsa, Jaramaya, Ranumaya serta ada banyak lagi putra-putra yang lain.

Watak Batari Durga benar-benar jahat lantaran ia mengemban pekerjaan menggoda orang yang baik budi. Dalam pewayangan, wujud atau  wanda Batari Durga ini diberi nama wanda Rangkung.
Betara Durga bertakhta di Setragandamayit, yang bermakna tempat pengasingan berbau mayat.

Betari yaitu sebutan untuk seseorang Dewa wanita. Betari Durga bermuka raksasa, bermata iblis, berhidung dempak, bermulut bernyih. Bersanggul putri keling dengan garuda membelakang. Berkalung ulur ulur (berantai). Tangannya bergelang pontoh serta keroncong serta cuma tangan depan yang dapat digerakkan. Untuk tanda kemuliaannya, sisi bawah tubuhnya dihiasi dengan bunga-bunga.

Ketika pecah perang Baratayuda, Batari Durga sempat dimintai tolong oleh Dewi Kunti, supaya membinasakan gandarwa Kalantaka serta Kalanjaya. Kedua gandarwa sakti itu meneror keselamatan Pandawa, lantaran mereka akan menolong Kurawa. Batari Durga bersedia memenuhi keinginan Kunti, dengan prasyarat ibu beberapa Pandawa itu mesti menyerahkan Sadewa untuk kurban. Dewi Kunti tak mampu memenuhi keinginan Betari Durga itu. Tetapi nyatanya pada akhirnya Batari Durga bisa sembuh kembali jadi bidadari cantik sesudah diruwat oleh Sadewa, salah seorang  kembar dari keluarga Pandawa. Sadewa mampu meruwat Batari Durga sesudah badannya disusupi oleh Batara Guru. Momen itu diceritakan dalam lakon Sudamala atau  Murwakala.

Meskipun pada Wayang Purwa tokoh Batari Durga kerap dilukiskan jahat, bengis, serta menakutkan, sebagian sekte agama di India, terlebih di lokasi utara, Durga dipuja sebagai dewi pelindung. Mereka yakin Durga yaitu Dewi Penolong untuk orang yang tengah terkena musibah atau mungkin menanggung derita lantaran satu perlakuan yg tidak adil.

lakon Durga yang paling populer tetaplah cerita heroiknya yang sukses menaklukkan Mahisasura, raja raksasa berupa banteng besar yang sudah lama mengganggu kehidupan beberapa dewa. Durga yaitu dewi yang terhukum lantaran kesetiaannya. Karakternya memanglah beralih berbarengan dengan bentuk fisiknya. Tetapi sesungguhnya, seperti tokoh epos Mahabharata lain, Durga tak hitam atau mungkin putih. Ia garang, namun ia juga pelindung. Ia korban, namun ia juga bertahan.


Btari Durga

Kamis, 13 Februari 2014

Mengenal Wara Sembadra Dalam Wayang Purwa

Mengenal Wara Sembadra Dalam Wayang Purwa


Wayang adalah satu diantara bentuk kebudayaan Indonesia yang berkembang di Jawa. Tiap-tiap orang Jawa, pasti  tak asing lagi dengan pertunjukan, ataupun cerita-cerita wayang. Terlebih, narasi tentang wayang Mahabharata serta Ramayana yang cukup populer.

Dewi Wara Sembadra

Dewi Sembadra dalam pewayangan Jawa adalah satu diantara tokoh utama dalam Wiracarita Mahabharata. Ia adalah puteri dari Prabu Basudewa (Raja di Kerajaan Surasena), serta  saudara tiri dari Krishna . Subadra (Dewi Sembadra dalam bahasa Jawa) merupakan penjelmaan dari Dewi Sri. Dia adalah istri pertama dari Arjuna (putra Pandu ketiga), serta ibu dari Abimanyu.

Dalam budaya pewayangan Jawa, Sembadra dikenal sebagai putri yang anggun, lembut, tenang, setia serta patuh pada suaminya. Ia adalah sosok ideal priyayi putri Jawa. Subadra yang pada saat kecil bernama Rara Ireng memiliki dua orang kakak yakni Kakrasana yang lalu jadi raja Mandura bergelar Prabu Baladewa serta Narayana yang lalu jadi raja di Dwarawati dengan gelar Prabu Sri Batara Kresna.

Setelah dewasa, Rara Ireng bernama Dewi Wara Sumbadra, dianggap sebagai bangsa Bidadari, hingga ada ungkapan dalam bahasa Jawa : sekethi kurang sawiji, sepuluh laksa kurang satu tentang jumlah banyak Bidadari di Kahyangan dan kekurangan itu dilengkapi oleh Sembadra sebagai bidadari yang kesepuluh.

Pada saat masih kanak-kanak, Rara Ireng berwajah buruk, berkulit hitam, berambut jarang dan kemerah-merahan. Setelah dewasa, wajahnya berangsur-angsur menjadi cantik. Bahkan jika dia berkumpul dengan putri-putri yang terkenal kecantikannya, Rara Ireng bakal menjadi yang paling cantik diantara mereka

Dewi Wara Sumbadra sempat bertukar rupa menjadi seseorang lelaki yang benar-benar sakti, namun pada akhirnya dikalahkan juga oleh Arjuna.

Pada saat kerajaan Madura rusak oleh perbuatan Kangsa, Wara Sembadra bersembunyi di desa Widarakandang. Lantaran ketahuan Kangsa, Rara Ireng melarikan diri serta meninggalkan negara Mandura, namun tersusul juga oleh tentara raksasa. Untunglah Wara Sembadra masih sempat menyelamatkan diri.


Rara Ireng bersanggul, bersunting waderan, berjamang serta berpontoh, namun sesudah dewasa cuma berjamang serta tidak bergelang dan berhiasan lain-lainnya.

Dikisahkan, pada saat Raden Burisrawa bertemu Sembadra pertama kali di pesta pernikahan Raden Kakrasana, Raden Burisrawa langsung terpikat hatinya dan ingin menjadikannya istrinya. Raden Burisrawa bersumpah tidak akan pernah menikah jika tidak dengan Wara Sembadra.Namun, kenyataan berkata lain. Dewi Wara Sembadra sama sekali tidak pernah mencintai Raden Burisrawa. Bahkan bersumpah lebih baik mati jika harus menikah dengan Raden Burisrawa.

Didalam lakon Sumbadra Larung, saat tengah malam Sumbadra pergi mandi, di tengah jalan ia dihadang oleh Burisrawa yang lantaran benar-benar jatuh cinta datang mendekati Sumbadra, namun Sumbadra  tidak ingin didekati. Hal mana membuat Raden Burisrawa jengkel dan marah. Akhirnya dia mencabut keris dan menakut-nakuti Sembadra. Tapi apa lacur. Sembadra justru lari menghampiri keris tersebut dan menusukkan dadanya kearah keris yang terhunus. Matilah Sembadra pada saat itu juga. Atas nasehat Prabu Kresna, akhirnya mayat Sembadra dilarung, dihanyutkan dalam perahu di Bengawan Silungangga.


Rara Ireng bermata jaitan, berhidung mancung, bermuka tenang. Bersanggul keling serta beberapa rambut terurai. Berjamang serta bersunting waderan. Bergelang serta berpontoh. Setelah jadi Wara Sumbadra, putri ini tidak ingin lagi mengenakan pakaian serba keemasan serta tidak ingin juga memakai mutu manikam.

Sumbadra berwanda : 1. Lentreng, 2. Parem, serta 3. Rangkung. Wanda yang ketiga ini karangan Sri Sultan Agung.




Rabu, 12 Februari 2014

Parikesit Jumeneng Ratu

Parikesit Jumeneng Ratu


parikesit jumeneng ratu

Raden Parikesit merupakan putera dari Raden Angkawijaya dengan Dewi Utari. Parikesit dilahirkan sesudah perang Baratayudha. Dia Benar-benar sangat disayangi oleh ke lima Pandawa. Pada saat ia  bayi selalu di cari oleh Aswatama, untuk dibunuh lantaran Parikesitlah yang dimasa akan datang bakal menguasai negeri Hastinapura. Namun dengan tidak disengaja, Parikesit menendang panah yang di taruh buat menjaganya dan seketika mengenai Aswatama. Tersungkurlah Aswatama hingga menemui ajal terakhirnya. Lalu, Parikesit bertahta sebagai raja di Hastinapura, bernama Prabu Kresnadipayana, seperti nama buyut, Prabu Kresnadipayana (Abyasa). Tokoh Parikesit terhitung wayang penutup dalam wayang Purwa. Kemudian disambung zaman Madya, juga bernama wayang Madya, serta Parikesit permulaan cerita dari wayang Madya.Parikesit terhitung cerita terakhir dari wayang Purwa, dan cuma sedikit memainkannya.

Parikesit memperoleh kehormatan berbentuk Kekuasaan serta “Power” tidaklah dia yang menginginkan apalagi berambisi untuk merebutnya. Sistem naik tahta Parikesit diawali jauh sebelum saat dia dilahirkan di muka bumi. Dalam cerita carangan pewayangan (bukan hanya versus asli Mahabarata Hindia), sekurang-kurangnya diawali dari kerja keras serta perjuangan berat Abimanyu saat masih menjadi  perjaka (Abimanyu yaitu bapak parikesit ) untuk memperoleh wahyu JayaNingrat (Cakra Ningrat?) anugerah dari Yang Maha Tunggal melalui beberapa dewa di kayangan. Konon, siapa saja yang memperoleh wahyu ini keturunan yang berkaitan bakal memperoleh keluhuran serta kejayaan dalam hidupnya. Saat berita bakal turunnya wahyu ini menyebar, maka beberapa kesatria berupaya dengan semua daya serta kemampuan yang dimilikinya untuk memperoleh wahyu itu. Tak terkecuali Lesmana Mandrakumara, anak Kurupati, Samba anak Kresna, serta Abimanyu putra Harjuna. Beragam halangan serta godaan mesti mereka hadapi baik godaan untuk menguji fisik berbentuk ketangkasan serta keprigelan olah kanuragan, siksaan batin dengan bertapa berbulan – bulan hingga godaan syahwat berwujud wanita penggoda nan cantik rupawan. Serta pada perebutan wahyu itu, Abimanyulah yang lalu memenangkannya

Tetapi lalu Abimanyu gugur dalam perang Bharatayuda  lantaran melindungi Puntadewa yang diserang oleh pasukan Kurawa,Puntadewa yang merasa bersalah, sedih luar biasa atas tewasnya Abimanyu. Dalam penyesalan yang amat dalam in, dia bersumpah di hadapan seluruh jagad raya bahwa kelak setelah perang ini selesai dan jika Pandawa berhasil keluar sebagai pemenang, tiada lain yang patut naik tahta kerajaan dengan keluhuran dan kejayaan selain keturunan Abimanyu. Sumpah ini didengar seluruh jagad dan direstui Gusti Yang Maha Menentukan. maka hak akan tahta   berpindah ke tangan putera Abimanyu, yang kebetulan lahir bertepatan dengan usainya perang Bharatayuda. Sesaat tampuk pimpinan kerajaan Astina ada ditangan Puntadewa, lalu Prabu Baladewa atau  Begawan Curiganata ditugaskan untuk mendidik serta membina Parikesit sebagai putra mahkota.

Parikesit diangkat jadi Raja Astina lewat sistem pendadaran atau mungkin sistem kaderisasi serta pergantian yang disiapkan dengan cara masak. Suatu suksesi yang terpogram, damai, menawan serta tiada gejolak. Ajaran “Kautamaning Prabu” diberikan serta diwariskan oleh Pandawa pada Parikesit sampai sistem pergantian serta suksesi itu berjalan alami serta damai.

BENTUK WAYANG

Parikesit bermata jaitan, hidung mancung. Berjamang dengan garuda membelakang besar, bersunting. sekar kluwih, rambut terurai udalan. Berkalung putran bulan sabit. Bergelang, berpontoh serta berkeroncong. Kain katongan.

pada lakon parikesit jumeneng ratu, dia sempat  dimusuhi oleh pancawala lantaran pancawala cucu prabu puntodewo di hasut serta di profokatori oleh anaknya sangkuni bahwa dialah yang sebenarnya berhak bertahta menjadi raja atau ratu. Namun berkat pamongnya yakni semar, pada akhirnya dinasehati sehingga berakhir dengan aman dan tentram. Anak sangkuni di hukum mati dengan cara tangan kanan serta kiri diikat ke dua kuda dan badannya terbelah menjadi dua


Demikianlah perjalanan Parikesit hingga naik tahta kerajaan Hastinapura saat itu. Terbersit hikmah bahwa kekuasaan dan kejayaan seharusnya bukanlah jalan untuk kenikmatan dan kepuasaan pribadi yang perlu direbut dengan ambisi. Dan bahwa proses panjang perjuangan yang kita lakoni dalam hal apapun belum tentu akan kita pula yang mendapatkan balasannya secara langsung. Pandawa dan Abimanyu mengajarkan hal ini. Tugas, perjuangan dan apapun yang kita jalankan dengan hati bening dan tanpa ambisi seharusnya sudah merupakan hadiah dan keluhuran jika kita benar dalam menyikapinya.  Dalam agamapun, kita diajarkan untuk berjuang berusaha dan berdoa. Perkara hasil, bukan lagi domain kita. Bahkan dalam Islam, niat baik saja – belum lagi sampai kepada pelaksanaan niat baik – sudah diganjar dengan satu pahala. Bukti betapa proses itu sendiri sudah merupakan hadiah.

Wallahualam bissawab…

Sabtu, 08 Februari 2014

Mengenal Sosok Wara Srikandi Dalam Pewayangan

Mengenal sosok Wara Srikandi dalam Pewayangan

Wara Srikandi

Tersebutlah Dewi Amba yang tidak diterima cintanya baik oleh prabu Salva ataupun oleh Bisma.
Sesudah ia mawas diri, maka pada akhirnya sampailah pada satu pilihan serta putusannya yang mantap, yakni bertekat untuk membunuh Bisma. Dewi Amba selekasnya bersemadi memohon pada Sang Maha Agung untuk diberikan kesaktian supaya ia dapat membunuh atau mungkin sekurang-kurangnya membikin malu Bisma.

Nyatanya permintaannya dikabulkan oleh Dewata Agung. Ia memperoleh wisik, bahwasanya nantinya hidup tumimbalnya (inkarnasinya) bakal dapat menaklukkan serta membunuh Bisma. Siapakah inkarnasinya? Tak lain yaitu Wara Srikandi putri Prabu Drupada dari negeri Pancalaradya. Mendengar nada gaib itu, ia tidak senang serta tak sabar. Terlampau lama menanti waktu dimulainya bharatayudha. Karenanya ia pikir tak ada jalan lain baginya terkecuali  bunuh diri saja supaya segera mengalami hidup tumimbalnya. Dewi Amba selekasnya menempatkan api unggun di lembah. Sesudah api unggun menyala, lalu ia naik ke puncak menara serta terjun bebas  ke dalam lautan api, maka tamatlah riwayatnya. Sukmanya melayang mencari Wara Srikandi.

Syahdan, berbarengan dengan momen itu di negeri Pancalaradya Prabu Drupada habis dibikin malu serta dihina oleh Dahyang Resi Durna, betul-betul sakit hatinya. Dendam bercampur malu sudah meradang dalam hatinya. Ia pikir tidak ada jalan lain terkecuali ia  membalas dendam, sedikitnya membikin malu atau bahkan membunuh resi Durna secepatnya.

Ia minta tolong pada dua pendeta bernama resi Yodya serta Upayodya untuk bikin saji-sajian dengan cara ritual untuk memohon pada dewata supaya dianugerahi seseorang putra yang sakti hingga nantinya bisa menaklukkan resi Durna. Upacara keagamaan itu sudah komplit dengan sesajiannya selekasnya diawali. Sesudah upacara itu sudah jalan sebagian lama, bokor tempat bunga setaman yang dipergunakan upacara ritual itu tiba-tiba berisi seorang bayi yang cantik mungil serta telah dibekali dengan baju perang, juga ditangannya sudah memegang busur beserta anak panahnya. Saking senangnya, raja lalu mengangkat tinggi-tinggi bayi tersebut dan dinamakan Wara Srikandi. Dialah yang  nantinya akan menjadi prajurit wanita yang tangguh. Dan pada saat itu pula sukma Dewi Amba menitis pada Wara Srikandi.

Sedang api sesajinya beralih menjadi seseorang bayi lelaki yang tampan dan juga sudah dibekali dengan baju keprajuritan serta senjata ditangannya. Iapun diangkat jadi putranya serta dinamakan Drestajumena. Pada waktu itu pulalah sukma Prabu Palgunadi yang sudah tewas dibunuh oleh Durna menitis ke dalam badannya. Kelak, kelah Drestajumena-lah yang sukses membunuh resi Durna dalam peperangan Bharatayudha. Sedang Wara Srikandi titisan dewi Amba inilah yang dapat menaklukkan serta membunuh Resi Bisma.

Dewi Wara Srikandi dalam penampakan wayang kulit dilukiskan untuk tokoh dengan tampilan branyak (lanyap) dengan posisi muka langak, bermata liyepan, berhidung lancip (walimiring) serta bermulut salitan. Ia bermahkota gundulan dengan sinom yang menghiasi dahinya mengenakan jamang sadasaler dengan sumping prabangyungyung. sarira weweg (padat diisi) rambut ngore gendrong, mengenakan baju putren dengan smekan gadung mlati, pinjong dengan dodot bermotif semen jrengut seling gurda serta samparan kain panjang bermotif kawung. Tokoh ini banyak menggunakan atribut seperti kelatbahu serta gelang, namun dipertunjukkan polos. Dewi Wara Srikandi bermuka serta berbadan didik, wanda golek, nenes, patrem. Ada kalanya tampak dengan baju prajurit waktu jadi Senapati Agung dalam Perang Baratayudha.

Hasrat kuatnya untuk menguasai ketrampilan keprajuritan sudah membuatnya belajar tak mengetahui waktu.Itulah yang mengakibatkan semakin lama hubungan antara Arjuna dan Srikandi semakin dekat. Pada akhirnya merekapun saling jatuh cinta. Tetapi sebelum bersedia dinikahi, Wara Srikandi memberi syarat kepada Arjuna agar mencarikan wanita yang lebih pintar dan mengunggulinya dalam olah keprajuritan. Dengan saksi Prabu Kresna, Dewi Larasati sukses menaklukkannya. Oleh karena itu Dewi Srikandi dijadikan istri kedua.

Dalam perjalanan waktu, Srikandi yang cantik serta kenes itu menjadi prajurit handal Pancala. Srikandi tinggal di Ksatrian Madukara berbarengan isteri Arjuna yang lain, Sembadra serta Larasati. Disana ia menjadi penjaga keamanan ksatrian.

Dalam perang besar Bharatayuda, Srikandi menjadi Senopati Pandawa, serta sukses membunuh panglima perang Korawa, Bhisma. Sebenarnya Srikandi bukan  lawan setara Bhisma yang sakti. Namun sekelebat Bhismamelihat bayang Dewi Amba, wanita yang dicintainya dan dibunuhnya saat masih muda, hingga tak sadar panah Srikandi telah menembus jantungnya. Selesai perang besar Bharatayuda, Srikandi yg tidak mempunyai anak itu tewas dibunuh Aswatama yang menyelusup diam-diam ke perkemahan Pandawa.



Rabu, 05 Februari 2014

Nama-nama Wanita Dalam Pewayangan


SRIKANDI
Nama Srikandi bisa disimpulkan memliki rumbai atau  jambul. Hal semacam ini kerap dianggap sebagai  lambang feminin dari istri Arjuna. Di segi lain, Srikandi malah memperlihatkan segi yang benar-benar maskulin , seperti suka pada  hal yang bergubungan dengan olah keprajuritan, jago naik kuda, jago berenang  serta pandai strategi perang. Tak heran bila Srikandi juga dikenal  jago memanah hati.

Dalam satu lakon pewayangan, Srikandi di deskripsikan menempati peran senopati (panglima) untuk pasukan Pandawa dalam perang di Kurusethra melawan Kurawa.  Arjuna sukses membunuh Bisma lewat pertolongan Srikandi . Bisma yang bertemu dengan Srikandi, cuma terdiam serta menjatuhkan senjatanya waktu  Arjuna melepas panahnya ke arah Bisma, yang berakibat gugurnya Bisma.

Konon, Bisma terdiam memandang Srikandi lantaran kagum oleh kecantikannya serta kemolekan srikandi serta  meyakini Srikandi sebagai titisan Dewi Amba yang sempat tidak diterima Bisma, pada saat wanita itu mengajaknya menikah. Lalu Dewi Amba bersumpah bakal menjadi ksatria yang mengakibatkan kematian Bisma di medan perang.

KUNTHI
Wanita inilah yang melahirkan Pandawa Lima, yakni Yudhistira, Bima, Arjuna serta Nakula serta Sadewa. Tak heran bila lalu dikira teladan untuk sosok ibu yang anaknya sukses dan berhasil. Tetapi disisi lain, Kunthi juga dikisahkan sempat membuang anaknya sendiri, Karna, ke sungai. Anak itu  hasil hubungan dengan Dewa Surya. Karena Kunthi cemas serta takut orang-orang  tahu ia mempunyai bayi dari Dewa Surya, maka ia menghanyutkan  bayi itu. Untungnya seseorang kusir pedati menemukannya serta membesarkan Karna hingga ia jadi Panglima Perang yang hebat yang berpihak pada Kurawa.

Lalu Kunthi menikah dengan Pandu. Dari perkawinan inilah lalu lahir Pandawa lima. Dalam perang Bharatayudha melawan Kurawa, Pandawa bertemu dengan Karna, panglima perang Kurawa. Saudara satu Ibu ini bertarung di medan perang dengan di saksikan oleh Kunthi, ibu mereka sendiri.


ANGGRAINI
Dewi Anggraini digambarkan sebagai wanita yang baik hati, jujur, serta setia kepada suami. Dewi Anggraini adalah wanita yang sempat menampik cinta Arjuna .
Alkisah, Dewi Anggraini yang merupakan istri Bambang Ekalaya , seseorang ksatria yang benar-benar mahir dalam memanah. Satu hari saat Guru Dorna , yang mengajar Bambang Ekalaya memanah, meminta Bambang memotong jarinya sendiri. Diluar itu Dorna juga memecat BambangEkalaya untuk muridnya. Terakhir ia tahu, Arjuna lah yang meminta Dorna melakukan beberapa hal itu pada dirinya. Argumennya, Arjuna tidak mau kemampuannya memanah tersaingi oleh Bambang Ekalaya. Diluar itu, Arjuna juga inginkan Dewi Anggraini jadi istrinya.
Untuk memperoleh Dewi Anggraini, Arjuna menantang Bambang Ekalaya untuk adu panah. Sesudah sekian kali kompetisi, Arjuna tertinggal jauh. Sampai satu saat, lewat cara yang licik, Arjuna menipu Bambang Ekalaya serta sukses menghujamkan panahnya di dada Bambang Ekalaya serta ia juga tewas. Walaupun Bambang sudah mati, Dewi Anggraini terus menampik dinikahi Arjuna. Ia lebih menentukan bunuh diri serta mati berbarengan suaminya dari pada mesti menikah dengan Arjuna.

DRUPADI
Terdapat beberapa versus tentang sosok Drupadi ini. Ada versus yang menyebutkan bahwasanya Drupadi adalah wayang wanita yang berpoliandri. Lima pria yang dinikahi Drupadi itu yaitu Ksatria yang di kenal untuk Pandawa Lima, yakni Yudhistira, Bima, Arjuna serta Nakula – Sadewa. Tetapi dalam versus lain Drupadi digambarkan cuma mempunyai 1 suami yakni Yudhistira
Sepotong cerita hidup Drupadi dalam dunia pewayangan yang paling populer yaitu waktu Yudhistira, suaminya berjudi dengan Dursasana. Sesudah melalui perjudian yang alot serta seru, Yudhistira menanggung derita kekalahan yang besar, Bukan hanya negara serta saudara-saudaranya yang dijadikan bahan taruhan, juga istrinya sendiri, Drupadai juga dijadikan bahan taruhan. Saat Yudhistira kalah, Drupadi mesti merelakan dianya untuk di ambil Dursasana. Tetapi, sebelum saat ia menyerahkan diri, Drupadi berdoa memohon perlindungan pada Dewata hingga berlangsung keghaiban.
Saat Dursasana berupaya menelanjangi Drupadi di arena judi, kain pembungkus badan Drupadi tak sempat habis. Makin Dursasana menarik kain Drupadi, maka makin panjang kain itu. Konon, karena sangat panjangnya kain itu dapat menutupi semua area kerajaan . Drupadi juga terlepas dari perlakuan memalukan Dursasana serta dapat membela dianya, tiada dibantu suaminya yang populer untuk ksatria hebat itu.

BANOWATI
Cewek yang cantik ini yaitu putri bungsu Prabu Salya, Raja Mandaraka dengan permaisuri Dewi Pujawati dengan kata lain Setyawati. Dalam dunia pewayangan Banowati digambarkan mempunyai ciri-ciri yang mengagumkan, terlebih dalam hal cinta. Hal itu tercermin dalam satu diantara cerita yang menceritakan pernikahan Banowati dengan Prabu Duryudana. Sebelum saat menikah dengan Prabu Duryudana, Banowati menjalin jalinan dengan Arjuna. tetapi lamaran Duryudana juga tak mmungkin tidak diterima oleh ayahnya, Prabu Salya. Menampik bermakna menghina serta mungkin berekor peperangan. Tetapi di segi lain, Banowati juga tak inginkan hubungan dengan Arjuna putus.

Tetapi bukan hanya banowati namanya, bila tak mempunyai kiat. Ia sepakat menikah dengan Duryudana, namum ada prasyaratnya. Banowati meminta “di rias” oleh Arjuna sepanjang sehari satu malam. Dalam area rias itu cuma ada Banowati serta Arjuna . Hal semacam ini melukiskan begitu Banowati dapat mengatur cintanya pada Arjuna, tetapi juga menyelamatkan keluarganya dari amukan Duryudana 



Senin, 03 Februari 2014

Petruk Menjadi Ratu

Petruk menjadi ratu


ratu Petruk
Alkisah, tuannya, Abimanyu menanggung derita sakit.Berbarengan dengan sakitnya, pergilah ketiga wahyu yang dipunyainya, yaitu wahyu Maningrat, yang menyebarkan benih keratuan, wahyu Cakraningrat, yang melindungi keberadaannya untuk ratu, serta wahyu Widayat, yang melestarikan hidupnya untuk ratu.

Ketiga wahyu itu lalu hinggap di diri Petruk, yang pada akhirnya bisa menjadi raja di negara yang dinamainya Lojitengara. Ia menggelari dirinya sendiri dengan julukan  Prabu Wel-Geduwel Beh. Namun kenyataannya untuk dapat tetap kukuh sebagai raja, ia memerlukan damper kerajaan Astina. Untuk itulah ia menyuruh patihnya Bayutinaya (titisan Anuman) dan Wisandhanu (titisan Wisanggeni) untuk mengambil tahta Palasara tersebut.

Ketika kedua utusannya telah berhasil mengambil tahta tersebut, Prabu Wel Geduwel Beh mencoba duduk di atasnya. Namun, berkali-kali dia duduk berkali-kali pula dia terjungkal. Akhirnya melalui bisikan penasehat kerajaannya,  Prabu Wel Geduwel Beh tahu bahwa Prabu Wel Geduwel Beh harus memangku terlebih dahulu Abimanyu yang tengah dirundung sakit.
Ajaib. Saat Abimanyu dipangku oleh Prabu Wel Geduwel Beh, Abimanyu langsung pulih dari sakitnya.

Saat itulah Petruk sadar bahwa keluarnya ketiga wahyu dari tuannya hanya untuk menjadi penitik siapakah yang dapat memangku orang yang kedunungan wahyu sebagai raja. Seorang raja tidak akan pernah menjadi raja jika tidak dipangku oleh rakyatnya.
Rakyat akan ada sepanjang jaman. Sedangkan raja, dia hanya hidup sesaat. Kehidupan raja tidaklah kekal. Kehidupan raja sangat bergantung kepada kawulanya untuk bisa menyempurnakan kehidupan sang raja tersebut. Adanya rakyat itu tanpa batas. Sebaliknya adanya (kekuasaan) raja itu sangat terbatas.

Petruk semakin mengerti, siapa diri rakyat itu sesungguhnya. Hanya rakyat yang bisa menolong penguasa untuk menuliskan sejarahnya.Untuk itulah sudah semestinya seorang raja menghormati kawulanya/rakyatnya. Tidak malah menjarah hidup kawulanya dan berlaku sewenang-wenang ketika menjadi penguasa.  Penguasa itu mesti berkorban untuk kawula, Karena tanpa kawula, tidak akan pernah seorang raja menaiki tahtanya di dalam kekuasaannya.
Raja dan rakyat harus sama-sama saling menjaga, menghormati, dan saling memangku

Tapi Ki Petruk, mengapa banyak penguasa yang tak memperhatikan kawula,menginjak-injak dan menghina kawula, toh tetap dapat duduk di tahtanya?
"Dalam pewayangan pun ada penguasa yang tak dipangku rakyat seperti saya. Dia adalah Dasamuka yang lalim. Dia adalah Duryudana yang serakah. Seperti halnya hanya ada satu tahta Palasara, demikian pula hanya ada satu tahta rakyat. Duryudana berkuasa, tapi tak pernah berhasil menduduki tahta Palasara. Banyak penguasa berkuasa, tapi mereka sebenarnya tidak bertahta di dampar yang sebenarnya, yakni dampar rakyat ini", jawab Petruk.

Tiba-tiba Petruk mendengar, tanah datar di hadapannya itu bersenandung. Makin lama semakin keras bahkan menjadi senandung Panitisastra: dulu tanah itu adalah hutan lebat yang bersinga. Singa bilang, kalau hutan tak kujaga tentu ia akan dibabat habis oleh manusia. Dan hutan bilang, kalau singa tak kunaungi dan pergi dariku, pasti ia akan ditangkap oleh manusia. Akhirnya singa dan hutan sama-sama binasa. Singa yang tak berhutan dibunuh manusia, hutan yang tak bersinga dibabat manusia….
"Raja dan rakyat harus wengku-winengku (saling memangku), rangkul-merangkul, seperti singa dan hutan, seperti Abimanyu dan Petruk", kata Ki petruk menyenandung tembang Panitisastra.

Minggu, 02 Februari 2014

Lahirnya Parikesit

Telah usai perang Baratayuda


Perang yang merenggut ribuan prajurit pilihan hanya karena ingin menunaikan kewajiban negara dan mengikuti perintah Sang Senopati, telah mendatangkan penderitaan dan kesengsaraan bagi rakyat seluruh negeri.

Perang yang telah menyingkirkan ratusan, ribuan, bahkan jutaan nyawa yang sama-sama ingin mempertahankan harga diri, angkara murka, kedigdayaan, nyatanya hanyalah menyisakan perih serta duka yang mendalam.

Perang yang hanya ingin mempertahankan sejengkal tanah. Tanah kekuasaan dari beberapa gelintir penguasa, ternyata hanyalah menyisakan darah dan air mata pertiwi. Mengatasnamakan perjuangan, kebenaran, tapi ternyata hanyalah perang yang menghancurkan persaudaraan dan kasih sayang.

Perang Baratayudha telah menguras habis air mata Kunthi. Menimbulkan luka teramat dalam ketika kembali diingatnya anaknya, Karna, yang tak pernah diakuinya sebelumnya, telah gugur melawan Arjuna saudaranya sendiri. Satu persatu anaknya gugur terbunuh. Yah, perang memang kejam. Tak ada kebahagiaan yang terwujud dalam perang. Hanya penderitaan dan air mata.

Begitu-pun beberapa Pandawa. Walau kemenangan mereka genggam atas saudaranya Kurawa, tetapi bagaimanapun mereka, para Kurawa, adalah saudaranya.Walaupun acapkali terzalimi, tapi itulah yang telah mendewasakan Pandawa. Menjadikan mereka sabar dan tabah dalam penderitaan. Kuat dan kukuh memegang kebenaran.

Segalanya telah terjadi. Telah digariskan oleh Sang Maha Kuasa dan Maha Agung. Kehidupan haruslah berlanjut. Membangun kembali puing-puing yang hancur berantakan menjadi istana megah nan indah.

Hati-hati yang luka mesti selekasnya terobati. Jiwa-jiwa yang merana mesti selekasnya menemukan kesegaran. Serta hidup haruslah dibangun dengan lebih baik.

Semangat tersebutlah yang terus dihembuskan oleh Kresna serta Baladewa pada beberapa Pandawa serta keluarganya yang masih tertinggal. Semangat untuk selekasnya bangkit kembali dari rasa sesal. Bahwa kemuliaan memang haruslah dilandaskan pada pengorbanan bahwa apa yang telah mereka perjuangkan adalah tetap berada dalam rel kebenaran : membasmi angkara murka !

Bagi Arjuna, perang membawa kepahitan yang teramat dalam. Satria penengah Pandawa itu telah kehilangan demikian banyak orang yang dia kasihi dan cintai. Salah satu diantaranya adalah Abimanyu, putra kesayangannya, yang meninggal sesaat setelah  istrinya Dewi Utari, melahirkan buah cinta mereka berdua.
Yah, dialah Parikesit Calon raja Hastinapura

Beberapa bulan setelah Parikesit lahir, diadakanlah pesta di kerajaan Hastinapura untuk memberikan nama pada sang jabang bayi. Parikesit yang sedang dipangku oleh Nakula kelihatan sangat gelisah dan resah ingin turun dari pangkuan Nakula

Melihat gelagat itu, Nakula pun melepaskannya meskipun tetap mendapatkan pengawasan yang ketat darinya. Parikesit mengamati satu demi satu para tamu undangan yang hadir di balai istana.Dengan matanya yang tajam, akhirnya Parikesit bisa melihatnya, lelaki itu....lelaki yang telah menyelamatkannya waktu itu dari panah aswatama, sedang bersembunya di balik pilar.
Dialah Sri Krishna....